Trend News Audience in Indonesia
Kemajuan
teknologi dan pesatnya perkembangan jaringan internet di dunia, membawa
perubahan pada media massa. Perubahan itu terjadi pada isi atau konten,
penyajian informasi, begitu juga dengan khalayak atau audience.
Tiga
Tipe News Audience
The
Pew Research Center[1]
membagi news audience ke dalam tiga
jenis, yaitu : Traditionalist, Integrators, dan Net Newsers. Ketiganya dibagi berdasarkan pilihan sumber berita atau
informasi yang paling dominan.
1.
Traditionalist
Traditionalist
adalah orang-orang yang menggunakan media tradisional sebagai sumber utama
informasi. Media tradisional yang dimaksudkan antara lain TV, radio, dan surat
kabar. Orang-orang yang termasuk pada kategori ini biasanya kurang secara
ekonomi maupun pendidikan.
2.
Integrators
Orang-orang yang
termasuk integrators adalah orang yang masih menggunakan media tradisional
sebagai sumber berita atau informasi utama, namun juga mencari informasi di
dunia maya. Khususnya untuk berita-berita hari tertentu dalam satu pekan.
3.
Net Newsers
Istilah ini
ditujukan untuk orang-orang yang hanya memilih web sebagai sumber informasi
utama dan sering menggunakan web untuk mencari berita. Orang yang termasuk
dalam kategori ini biasanya adalah orang yang berpendidikan tinggi.
Pew
Research Center juga mengungkapkan bahwa sumber – sumber tradisional seperti
TV, radio, dan surat kabar lebih disukai oleh orang-orang yang lebih tua. Hal
ini disebabkan oleh sudah tumbuhnya suatu kebiasaan pada orang-orang yang besar
pada masa informasi atau berita hanya didapat melalui media-media tradisional.
Sehingga ketika media baru yang berbasiskan internet muncul, seperti saat ini,
orang-orang tadi akan sulit meninggalkan media tradisional sebagai sumber
informasi yang utama.
“..yet among those who still watch the nightly
broadcast and read newspapers, majorities say they would miss these sources if
they were no longer available.”[2]
Sebaliknya,
generasi muda lebih banyak menggunakan
media online sebagai sumber informasi. Sebab informasi lebih mudah, lengkap,
dan cepat di dapat melalui gadget yang
terhubung ke internet, dibandingkan dengan surat kabar, menonton TV atau
mendengarkan radio.
Demografi
penduduk Indonesia yang berbentuk piramida (komposisi penduduk muda lebih
banyak daripada yang tua), tentu membuat peminat media tradisional lebih
sedikit dibanding media online. Nielsen pada tahun 2009 mencatat terjadi
penurunan pembaca media cetak sejak tahun 2005, begitu juga dengan pendengar
radio. Hal ini disebabkan karena orang-orang sekarang lebih sering mengandalkan
internet sebagai sumber informasi dan berita daripada surat kabar, dan kini
banyak orang yang mendengarkan radio ketika sedang menyetir saja. Akan tetapi,
jumlah penonton televisi konstan.
Apa yang dilakukan
orang Indonesia di Internet?
Ketika
peminat media cetak dan pendengar radio menurun di Indonesia, muncul pertanyaan
benarkah orang-orang Indonesia sekarang berpindah ke Internet untuk mencari
informasi, khususnya berita?
Penelitian
di Nielsen mengungkapkan bahwa lima besar aktivitas online orang Indonesia per
pekannya pada tahun 2011 adalah mengirim pesan pribadi lewat jejaring sosial,
memberi komentar di jejaring sosial, browsing
profil orang, update profil jejaring
sosial, dan email. Disini terlihat bahwa orang Indonesia lebih banyak menggunakan
Internet untuk jejaring sosial, dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain,
seperti Malaysia, Filipina, Singapore, Thailand dan Vietnam yang mencatat news atau berita sebagai satu dari lima
besar aktivitas warganya di Internet. Bahkan pada penelitian lain, ditemu bahwa
dua kota besar di Indonesia adalah kota yang paling berisik (the loudest city) di Twitter, yaitu
Jakarta pada peringkat 1 dan Bandung pada peringkat 6.[3]
Lalu
dari mana orang-orang Indonesia mencari berita? Ternyata perkembangan
jurnalisme yang kini memasuki masa multiplatform
journalism membantu memudahkan kita untuk mendapatkan informasi.
Jurnalisme
yang sebelumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu jurnalisme cetak, dan siar, kini
pembagian seperti itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipakai. Sebab dengan
adanya internet, media massa kini dapat menampilkan produk jurnalisme cetak
(teks) dan jurnalisme siar (misalnya audio dan video) secara bersamaan. Media
massa yang sebelumnya berbasiskan pada satu saluran, misalnya hanya khusus
cetak saja atau khusus siaran televisi saja, kini mengembangkan distribusi
produk jurnalismenya melalui jaringan internet.
Berita-berita
kini juga terkoneksi dengan berbagai situs lain, termasuk jejaring sosial. Oleh
sebab itu, orang Indonesia yang gemar berjejaring sosial di internet, juga
menggunakan akun jejaring sosialnya untuk mengikuti (follow) akun jejaring sosial milik media massa, untuk mendapatkan
berita terbaru. Cara seperti ini membuat orang-orang lebih cepat mendapatkan
informasi, karena ketika suatu peristiwa terjadi, kabar tersebut bisa langsung
diunggah dan langsung menyebar. Bahkan orang-orang tidak selalu mendapatkan
berita terbaru dari media massa atau jurnalis professional, sebab dengan
kemudahan menyampaikan informasi lewat media online, orang biasapun bisa
menyampaikan laporan. Hal seperti ini yang kemudian memunculkan istilah citizen journalism.
Selain
lebih cepat, orang Indonesia kini lebih banyak mengunakan media online karena mereka
bisa memilih berita mana yang mau mereka baca. Pada situs berita online
biasanya juga secara otomatis akan muncul tautan ke berita lain yang masih
terkait. Dengan begitu, informasi yang didapat akan lebih banyak, tanpa harus
memegang berlembar-lembar koran atau membeli berbagai surat kabar untuk
mendapatkan berita yang lebih lengkap dan banyak. Pengguna media online juga
dapat mengakses berita-berita lampau, namun ini tergantung dari baik atau
tidaknya pengarsipan berita pada situs berita tersebut.
Teknologi yang
Dimiliki
Data
dari Nielsen pada Oktober tahun 2011 menunjukkan bahwa teknologi atau lebih
sering disebut gadget yang paling
banyak dimiliki di Indonesia adalah telepon genggam yang dapat terkoneksi
dengan internet. Sedangkan jika dibandingkan dengan kepemilikian telepon pintar
atau smartphone, jumlah pengguna
telepon genggam biasa masih lebih banyak dibandingkan dengan pengguna smartphone. Namun jika dibandingkan
dengan kondisi saat ini, mungkin jumlah tersebut sudah berubah seiring dengan harga
smartphone yang kini semakin
terjangkau sehingga berbagai kalangan sudah bisa menikmatinya. Pada penelitian
tersebut juga terlihat keinginan masyarakat untuk memiliki smartphone saat itu juga sudah mulai tinggi.
Multiple Screens
Banyaknya
pilihan media untuk mencari informasi membuat kini seseorang bisa menggunakan
lebih dari satu layar (screen) dalam satu waktu. Bukan hanya ketika mencari
hiburan, misalnya ketika menonton televisi sambil memegang smartphone untuk chatting,
tetapi juga ketika mencari berita. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian
awal, ada jenis news audience
Integrator, yang mana orang tersebut mencari berita di media online setelah
mendapat berita dari media tradisional. Mungkin ada beberapa orang yang menilai
kebiasaan ini sebagai kemampuan multi
tasking, namun peneliti menunjukkan bahwa kebiasaan ini lebih kearah
distraksi.[4]
Daftar Referensi
Heidi
Cohen, 4 Types of Content Consumption (Research), April 1, 2013 in Content
Marketing, Market Research Insights
Nielsen,
The Digital Media Habits and Attitudes of Southeast Asian Consumer 2011
Nielsen,
Irawati Pratignyo, Indonesia Consumers’ Trend : Telecommunication, Technology,
Information & Media, 28 April 2010
The
Pew Research Center, Key News Audiences Now Blend Online and Traditional
Sources
XM Gravity, TV vs Online 2013 Insight, case
study and research
[1]
Dalam Key News Audiences Now Blend Online and Traditional Sources, halaman. 45
[2]
Dalam Key News Audiences Now Blend Online and Traditional Sources, halaman. 35
[3]
TV vs Online 2013 Insight, case study and research XM Gravity
[4]
Heidi Cohen, 4 Types of Content Consumption (Research), April 1, 2013 in
Content Marketing, Market Research Insights
Leave a Comment